Perusahaan senjata Jepang memastikan mereka menjadi korban serangan dunia maya dengan sasaran data peluru kendali, kapal selam, dan pembangkit tenaga nuklir. Mitsubishi Heavy Industries (MHI) mengatakan virus ditemukan di lebih dari 80 server dan komputer bulan lalu.
Pemerintah Jepang mengatakan mereka tidak sadar adanya informasi yang bocor itu. Namun Departemen Pertahanan menuntut agar MHI melakukan penyelidikan penuh. Para pejabat marah karena mendengar berita ini melalui laporan media.
Dalam jumpa pers, Selasa (20/9), Menteri Pertahanan Jepang Yasuo Ichikawa mengatakan serangan cyber itu tidak berhasil dalam mendapatkan informasi penting namun MHI akan diperintahkan untuk melakukan "pengkajian sistem pengawasan informasi" mereka. "Kementerian akan terus melakukan pengawasan atas masalah ini dan melakukan penyelidikan bila perlu," kata Ichikawa.
Semua kontraktor pemerintah berkewajiban untuk memberitahukan kepada para menteri bila terjadi pelanggaran informasi rahasia. "Departemen Pertahanan yang akan menentukan apakah suatu informasi itu penting atau tidak. Bukan Mitsubishi Heavy yang memutuskan. Harus ada laporannya," kata juru bicara Kementerian Pertahanan.
Serangan maya, yang diduga pertama terhadap industri pertahanan Jepang, berasal dari jaringan luar komputer perusahaan itu, kata MHI. Pemerintah Jepang dan MHI belum mengatakan siapa yang mungkin bertanggung jawab. Laporan surat kabar Jepang menyebutkan skrip dalam bahasa Cina terdeteksi dalam serangan terhadap MHI itu. Namun Cina menyanggah laporan tersebut.
No comments:
Post a Comment