Bentrok ormas FBR dan PP, kenapa gak di bubarin aja - Aksi saling serang antara ormas Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP) masih kerap terjadi di Jakarta dan daerah sekitarnya. Berawal dari aksi saling merusak posko. Kini serangan kedua ormas itu sudah mengarah pada aksi pembunuhan.
Terkait dengan aksi perusakan rumah milik Karnadi, tokoh ormas PP yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang, di Jalan Pajak Terusan, Cipadu Jaya, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, polisi telah menangkap satu pelaku.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan, pelaku diduga kuat ikut dalam aksi perusakan di rumah Karnadi. Tapi apakah pelaku merupakan anggota FBR, Rikwanto tak mau menjelaskan.
"Pelaku ditangkap karena membawa senjata tajam dan saat ini masih diperiksa. Namun untuk pelaku pengeroyokan masih dalam pengejaran," kata Rikwanto, Kamis, 28 Juni 2012.
Aksi perusakan terhadap rumah Karnadi diduga buntut dari perusakan dan pengeroyokan yang berujung kematian terhadap Ketua Gardu 287, bernama Muhidin alias Picu, pada Rabu, 27 Juni 2012.
Penyerangan di gardu itu terjadi sekitar pukul 00.30 WIB, saat sekitar sepuluh anggota FBR sedang duduk-duduk. Mereka tiba-tiba diserang sekitar 60 orang yang datang dengan satu mobil Nissan Terrano dan 35 motor. Penyerangan dilakukan membabi buta dengan menggunakan senjata tajam. Sejumlah anggota anggota FBR yang ada di gardu itu lari menyelamatkan diri.
Tapi Picu, sebagai pimpinan Gardu 287, berusaha menghadapi puluhan orang tersebut bersama teman-temanya. Karena kalah jumlah, mereka tidak bisa melakukan perlawanan.
Setelah pelaku pergi, Picu ditemukan sudah tidak bernyawa di dekat gardu dengan luka bacok di dada, perut dan sayatan di leher. "Sudah ada inisial pelaku pengeroyokan, namun masih dalam pendalaman penyidik di lapangan," kata Rikwanto. Kabar kematian Picu cepat meluas, ratusan anggota FBR dari berbagai gardu di Jabotabek datang melayat.
Ketua Umum FBR, KH Luthfi Hakim, juga kelihatan berada di rumah duka. Sebelum pemakaman Picu, Luthfi memimpin salat jenazah di Masjid Jami Baiturahim. Lebih dari 500 anggota FBR dari berbagai wilayah ikut mengiringi pemakaman. Mereka terlihat mengenakan pakaian serba hitam dan mengendarai sepeda motor menuju TPU Pondok Betung, Tangerang Selatan. Saat itu, sekitar 20 polisi juga ikut berjaga-jaga.
Setelah pemakaman, ratusan anggota FBR kemudian melakukan sweeping. Mereka berusaha mencari pelaku pembunuhan Picu. Meski larangan berbuat anarkis sudah disampaikan, kemarahan anggota ormas Betawi ini tidak terbendung lagi. Ratusan orang yang mengenakan pakaian hitam berkeliling menggunakan sepeda motor. Sasarannya adalah anggota PP yang mereka tuduh pelaku pengeroyokan terhadap Picu.
Kawasan Ciputat, Pamulang, Bintaro, hingga Serpong, Tangerang mereka sisir. Beberapa di antara mereka terlihat membawa senjata tajam, balok dan kayu. Petugas Polsek Ciputat melakukan pengawalan. Massa FBR sempat merusak posko milik ormas PP di kawasan Pamulang.
Polisi berupaya melakukan pengamanan, ratusan orang yang juga menggunakan pakaian hitam sudah berada di depan rumah Karnadi.
Bentrok ormas FBR dan PP, kenapa gak di bubarin ajaPelaku melempari rumah Karnadi dengan bom molotov. Massa yang beringas juga membakar dua mobil Suzuki Escudo biru B 1236 KM dan sedan Volvo biru tua B 735 JJ. Belum puas, massa FBR kemudian membakar motor Kaisar B 3201 NUH. Tidak lebih dari 30 menit, ratusan orang ini langsung menghilang. Polisi datang terlambat, kerusakan di rumah itu sudah terjadi.
Aksi sweeping yang dilakukan ratusan anggota FBR terus terjadi hingga malam hari. Masyarakat di sekitar Bintaro cemas. Konvoi kendaran roda dua yang digunakan massa ormas ini menyebabkan sejumlah jalan yang mereka lalui tersendat.
Terkait peristiwa ini, sejumlah informasi beredar melalui media sosial, SMS dan BlackBerry Messenger, mengenai aksi lanjutan yang akan dilakukan massa FBR sepanjang hari Kamis. Kapolres Jakarta Selatan, Komisaris Besar Imam Sugianto, memastikan bahwa pesan berantai tersebut info menyesatkan. Polisi telah melakukan antisipasi untuk melakukan pengamanan, dan masyarakat diminta tidak khawatir.
Antisipasi dilakukan polisi di sejumlah wilayah perbatasan antara Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan, untuk menghalau massa yang akan datang dan membuat keributan.
Imam memastikan telah mengerahkan personel di Polres Jakarta Selatan dan Tangerang sudah patroli di Ciputat, Ciledug, dan kawasan Tangerang Selatan. Tapi tidak ditemukan adanya aksi sweeping yang dilakukan FBR. "Semua kawasan sepi. Jadi kalau ada yang bilang ada aksi sweeping sampai malam sama sekali tidak benar," katanya.
Meski tidak ada aksi sweeping. Ada 400 personel polisi yang dikerahkan untuk melakukan pengamanan. Bahkan personel dari Brimob Polda Metro Jaya diterjunkan untuk melakukan penghadangan. Pembubaran massa akan dilakukan dengan tembakan peringatan dan peluru karet.
Akibat Rivalitas?
Polisi memastikan bentrokan antara FBR dan PP merupakan rivalitas di lapangan. Persaingan ini imuncul di lapangan dalam bentuk pemasangan bendera dan pendirian posko.
"Kalau saya tidak mendirikan, mereka yang mendirikan. Jadi masing-masing membuat suatu simbol bahwa ini wilayah kekuasaan mereka. Sehingga ada gesekan-gesekan di lapangan," kata Rikwanto.
Karena itu, polisi berharap jika pemangku kepentingan atau pemerintah daerah ikut berinisiatif untuk menyelesaikan masalah ini. Karena polisi tidak punya kewenangan membubarkan ormas.
Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Untung S. Rajab, menyatakan dengan tegas akan menindak semua ormas yang melakukan tindakan melanggar hukum. Hingga kini masih dilakukan penyeldikkan terkait dengan kasus pembacokan anggota FBR dan perusakan rumah tokoh PP. "Besok malam rencananya, Polda akan melakukan koordinasi dengan seluruh ormas di Jakarta untuk mencegah adanya aksi serupa."
Terkait kejadian ini, Ketua MPC Pemuda Pancasila Tangerang Selatan, Boy S, membantah organisasinya telah menyerang sejumlah orang di Gardu 287 yang menewaskan Picu. Boy justru mempertanyakan adanya penyerangan yang terjadi di rumah Karnadi. "Saya tidak mengerti masalahnya kenapa, tiba-tiba rumah dirusak dan beberapa kendaraan dibakar. Saya masih kumpulin data untuk masalah ini."
Mengenai seringnya bentrokan antara anggota PP dan FBR, Boy memastikan bahwa organisasinya kerap melakukan pembinaan dan kegiatan postif. Selain itu, memperbanyak sosialisasi dengan masyarakat
Sepekan lalu, aksi penyerangan serupa juga terjadi di Gardu FBR 223 di kawasan Kebon Kopi, Bintaro Sektor III. Dua orang mengalami luka bacok di bagian kepala paha dan kaki. Korban bernama Rauf dan Gatot. Seorang warga bernama Bambang juga menjadi korban salah sasaran. Mereka diserang saat sedang menunggu pertandingan bola Piala Eropa.
Pada Senin 13 Febuari 2012, aksi saling serang antara anggota FBR dan PP juga terjadi. Mereka merusak posko masing-masing. Dari kejadian ini, sebanyak delapan orang dari kedua anggota ormas itu ditangkap.
Tiga orang ditangkap petugas Polsek Pesangrahan, dan lima orang ditangkap petugas Polres Jakarta Selatan. Tidak ada korban jiwa dalam bentrok itu. Aksi ini diduga kuat karena pengerusakan yang terjadi di gardu milik ormas FBR di kawasan Jalan Veteran, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Senin, 23 Januari 2012 lalu, bentrokan juga terjadi antara dua ormas ini di kawasan Ciputat. Dua orang dirawat karena mengalami luka bacok. Dari informasi yang dihimpun kepolisian, bentrokan terjadi karena masalah sepele, pencabutan bendera dari salah satu ormas tersebut. Penggunaan bendera, biasanya digunakan sebagai penanda penguasaan wilayah.
Pada Minggu 29 Januari 2012 lalu, bentrok massa antar ormas ini juga terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Sebanyak 64 orang ditangkap polisi dari lokasi keributan.
Sebanyak tiga orang dikenai pasal pidana karena terbukti membawa senjata api dan senjata tajam, sementara 61 orang dikenai pasal tindak pidana ringan karena mengganggu ketertiban umum.
Aparat kepolisian sebenarnya sudah sering berupaya untuk memediasi pertemuan di antara kedua kubu yang bertikai. Biasanya pada level pimpinan selalu sepakat untuk berdamai. Tapi, di lapangan selalu saja terjadi gesekan.
Di kutip dari : vivanews.com
kalau FPI yang beraksi media langsung membesar2kan, padahal tidak ada korban jiwa dan materiil yang besar akibat ulah FPI. tapi ketika ormas kepemudaan beraksi dan menelan korban jiwa serta materiil yang berarti dan membuat resah tidak di besar2kan.
kenapa TV ONE gak gencar banget membahas ormas ini yg bikin rusuh..giliran yg berbau Islam gencar banget di bahas..PP kan bagian dr GOLKAR jg
Kok ga ada yang teriak BUBARKAN, ormas meresahkan....gitu ya???? Kalao FPI yang membantu polisi MENUMPAS KEMAKSIATAN kok masyarakat langsung teriak FPI BUBARKAN. Apa emang kita semua selama ini menikmati kemaksiatan, shg jk ada yg mengusik harus dilawan?